Serangan balik Juventus disebut-sebut begitu membahayakan saat menghadapi Real Madrid. Terbukti memang, gol kedua Juventus yang berasal dari tendangan penalti berawal dari serangan balik cepat. Nyatanya, Juve bermain cukup fleksibel pada laga tersebut.
Gol pertama Juve (lagi-lagi) memiliki cerita lain. Serangan balik bukanlah strategi pamungkas yang dimiliki Juve untuk membongkar pertahanan Madrid. Justru Juve sebenarnya hanya melakukan serangan balik cepat jika momennya memang benar-benar tepat. Bahkan sebaliknya, sang pelatih, Massimilliano Allegri, sepertinya menginstruksikan para pemainnya untuk menyerang lini pertahanan Madrid secara perlahan.
Inilah yang dilakukan Carlos Tevez setelah menerima operan dari Alvaro Morata yang berhasil memotong operan Ramos. Alih-alih mengalirkan bole ke area flank atau coba memberikan bola pada gelandang-gelandang Juve, penyerang asal Argentina ini justru mengembalikan bola jauh ke belakang pada Patrice Evra.
Evra kemudian sempat memainkan bola bersama Pirlo. Evra memberikan bola pada Pirlo, Pirlo mengembalikannya pada Evra, Evra pun mengembalikan bola lagi pada Pirlo. Pirlo akhirnya memberikan bola pada Giorgio Chiellini ketika pemain Madrid, Bale, coba merebut bola dari kaki Pirlo. Sampai titik ini, Juve telah melepaskan enam operan terhitung sejak Morata memberikan operan pada Tevez.
Setelah bola berada di kaki Chiellini, Chiellini tak lantas memberikan operan jauh ke depan, namun memberikannyaa pada Bonucci, partnernya di lini pertahanan. Bonucci kemudian memberikan bola pada Marchisio ketika Cristiano Ronaldo memberikan tekanan. Bale yang terus menjaga Pirlo membuat Marchisio pun dengan mudah memberikan operan pada Chiellini yang tak terkawal. Chiellini lantas memberikan umpan ke Lichtsteiner. Operan para pemain Juve sudah mencapai 10 kali. Lini pertahanan Juve bisa lepas dari tekanan dengan mudah.
Yang dilakukan para pemain Juventus ini memang merupakan cara mereka mengacak-acak strategi bertahan Madrid. Madrid sendiri menerapkan strategi pressing ketat yang agresif. Para pemain depan dan tengah Madrid langsung menjaga para pemain Juve yang tak menguasai bola. Hanya saja memerankan Bale sebagai âanjing penjagaâ Pirlo membuat pressing Madrid tak berjalan dengan baik.
Fase di atas merupakan fase pertama di mana para pemain Juve tak buru-buru untuk kehilangan bola. Memainkan bola di atau ke belakang dilakukan agar menurunkan tempo permainan Madrid yang menyerang dengan tempo cepat. Tempo permainan Madrid coba dirusak oleh para pemain Juventus.
Ketika Stephan Licthsteiner mendapatkan bola dari Chiellini, bek asal Swiss tersebut tak langsung mengirimkan bola pada pemain depan atau coba menggiringnya mendekati area kotak penalti untuk melepaskan umpan silang. Yang dilakukannya adalah memberikan operan pendek pada Marchisio.
Marchisio pun demikian. Bisa saja ia melepaskan operan pada Morata, di mana ada celah antara pemain tengah dan belakang Madrid. Namun opsi itu tak dipilih gelandang bernomor delapan tersebut. Marchisio justru mengopernya pada Vidal, di mana Vidal kemudian memberikannya pada Pirlo. Pirlo mengalihkan serangan ke sisi lain lewat Chiellini. Hingga akhirnya bola sampai ke kaki Evra yang berada di kiri.
Saat bola di kaki Evra, terlihat jarak antar pemain Madrid masih begitu rapat. Garis pertahanan tinggi membuat empat pemain belakang berada di dekat empat gelandang sejajar. Empat gelandang Madrid mengawal tiga gelandang Juve yang coba merangsek ke dekat kotak penalti. (lihat gambar 1 di bawah)
Dari sinilah dimulai operan-operan pendek Juve yang mengacaukan sistem tersebut. Evra, pada gambar dua, memberikan bola pada Tevez. Tevez hanya memantulkannya kembali pada Evra. Evra melanjutkan operan pada Pirlo, Pirlo meneruskannya pada Chiellini (lagi) ke belakang. Ini dilakukan untuk memancing James Rodriguez merebut bola dan membuat tiga pemain Juve di tengah hanya berhadapan dengan tiga gelandang Madrid. (lihat gambar 2 di bawah)
Evra-Tevez-Evra-Pirlo-Chiellini-Evra-Vidal-Pirlo-Lichtsteiner. Total 23 operan, bola masih milik Juventus.
Pada gambar 1, awalnya satu pemain Juve yang berada di tengah, berada di antara dua pemain Madrid. Namun terpancingnya James yang mengejar Chiellini, membuat Ramos harus bergeser ke kanan untuk menutupi jalur lari Evra yang menerima operan dari Chiellini (gambar 2). Pertukaran posisi yang dilakukan Vidal dan Tevez (pada gambar 2) membuat terjadinya pergantian penjagaan. Kroos yang awalnya menjaga Vidal, menjadi penjaga Tevez. Sementara Vidal kini dijaga James. (gambar 4)
Tanpa disadari, gelandang-gelandang Madrid bergeser ke kanan pertahanan dan memberikan celah kosong di sisi kiri pertahanan. Vidal yang menerima bola dari Evra, meneruskan bola ke kaki Pirlo. Sang maestro lantas memberikan umpan terukur pada Lichtsteiner di sisi kanan (Bale mana, Bale?).
Setelah 23 operan ini mengacaukan area tengah Madrid, Juve memasuki fase terakhir untuk menembus lini pertahanan Madrid. Dan fase ini dimulai dari kaki Lichtsteiner. Lichtsteiner sebenarnya memiliki opsi untuk melakukan penetrasi ke kotak penalti, mendekati Marcelo. Namun ia hanya menggiring bola ke lebar lapangan untuk memancing Isco sehingga bisa mencipatkan celah di tengah.
Lichtsteiner yang berada di tepi lapangan membuat Isco harus menghalanginya. Lichtsteiner kemudian mengopernya pada Marchisio. Dan operan ini dilakukan untuk memancing Kroos yang menjaga Tevez agar mendekati Marchisio.
Belum terpancing, Marchisio mengopernya kembali pada Lichtsteiner. Lichtsteiner pun seperti mengetahui hal tersebut hanya pancingan semata. Ia pun kemudian mengopernya kembali pada Marchisio.
Dan benar saja, Kroos terlihat berusaha mendekati atau merebut bola dari kaki Marchisio (liha gambar di bawah). Saat itulah Marchisio memberikan umpan terobosan pada Tevez yang berlari ke celah di antara Marcelo dan Varane yang kebingungan menjaga areanya.
Tevez yang menerima bola operan ke-27 sejak Morata memotong bola Sergio Ramos, kemudian mendapatkan peluang terbuka dan melepaskan tembakan kea rah gawang. Namun tendangannya masih diblok Casillas. Beruntung di mulut gawang masih ada Morata yang berada pada posisi yang tepat, tidak offside, untuk menyambut bola liar. Gol pertama Juve pun tercipta.
Proses terjadinya gol pertama Juventus ini menunjukkan bahwa serangan Juve tak hanya mengandalkan serangan balik. Serangan yang dibangun secara perlahan pun membuahkan hasil dan bisa mengacak-acak sistem pertahanan Madrid di area tengah.
Selain itu, 27 operan yang dilakukan Juventus sebelum gol Morata ini merupakan jumlah operan terbanyak. Hampir semua pemain terlibat dalam proses gol ini, hanya Sturaro dan Buffon yang tak terlibat. Team-goal ini mencatatkan rekor baru. rekor sebelumnya dicetak Bayern Munich saat gol Lewandowski ke FC Porto pada leg kedua dengan 26 operan.
27 - Passes were made in build up Alvaro Morata's goal: a record in Champions League this season. Team. https://twitter.com/hashtag/JuveReal?src=hash
">#JuveRealhttps://twitter.com/EYVVy716XZ
â OptaPaolo (@OptaPaolo) https://twitter.com/OptaPaolo/status/595677468926877697">May 5, 2015
foto: express.co.uk
Komentar